Jumat, 13 Agustus 2010

Prinsip yang Terpatahkan

Seberapa lama saya bisa memegang prinsip idealisme saya di saat ikut-ikutan seperti ini?
Ternyata tidak lama. Saya pikir saya bisa menahan diri dan berpikir panjang. Membeli sesuatu atas dasar fungsinya dan bukan gengsinya. Tidak sekedar ikut-ikutan tanpa punya alasan. Tapi ternyata saya seperti itu. Saya mulai tergiur dan gengsi pun mulai mengambil peran.Sederhana sih sebenarnya, kalo ga mau kenapa beli? Jawabannya yaa.. karena gengsi itu tadi.
Saya jadi agak senewen deh. Apa saya tidak memiliki alasan lain selain gengsi? Dan kenyataan bahwa ternyata gengsi saya begitu kuat sampai idealisme saya kalah itulah yang mengecewakan.
Apa ternyata saya lebih materialistis dibanding idealis ya? Pheww! Tidak mau! Saya tidak ingin menjadi orang yang dinilai atas barang yang saya miliki. Terlebih bila itu bukan hasil dari pencapaian saya. Itu hasil dari pencapaian ayah saya dan saya hanya meminta saja.

Tapi saya jadi berpikir juga... bisakah seseorang melihat orang lain sebagaimana adanya dia? Tanpa melihat pakaian yang dia kenakan, bagaimana dia berpakaian, materi yang dia miliki, institusi tempat dia belajar atau bekerja, huruf-huruf apa saja yang tercetak di belakang namanya, atau pendapat orang lain tentang dirinya?

Bisakah seorang penjaga toko bersikap sama hormatnya dengan mahasiswa bergaya gembel dan nyonya-nyonya merk berjalan? Bisakah orang dengan rambut dimerah-merahin sekenanya dan potongan poni depan klimis sampai menutupi sebelah muka yang kucel dan tengil tidak dikira anak layangan?
Das ding an sich
The thing as such or the thing in itself
Terjemahan menurut saya: Melihat ada sebagaimana adanya

Bisakah?


Di UTS Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern saya menjawab seperti ini:

"Seseorang tidak akan bisa mengetahui sesuatu secara absolut (mutlak) karena untuk melihat ada sebagaimana adanya tanpa terpengaruh pengetahuan, pendapat, dan alasan yang dimiliki orang tersebut adalah tidak mungkin. Saat melihat sesuatu atau mengetahui sesuatu pikiran manusia pasti sudah dipenuhi oleh pengertian, pendapat atau alasan dari dirinya."
Namun bagaimanapun, barang itu sudah dibeli dan sudah saya miliki. Saya pikir saya lebih baik menikmatinya dan bersyukur. Saya ingin banyak bersyukur. Tuhan baik sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar